Kaum Yazidi, Penganut Agama Kuno yang Diburu ISIS

Warga Yazidi mengungsi dari Sinjar, Irak

Warga Yazidi mengungsi dari Sinjar, Irak (REUTERS/Rodi Said )
  Perhatian dunia kini mengarah pada Gunung Sinjar di sebelah baratlaut Irak, tempat etnis Yazidi mencari aman dari kejaran kelompok ISIS. Sejak ratusan tahun lalu, kelompok agama minoritas ini memang jadi sasaran kekerasan karena kepercayaan yang mereka anut.
Diperkirakan ada sekitar puluhan ribu hingga ratusan ribu warga Yazidi yang tersebar di Irak, Suriah dan Turki. Komunitas ini paling banyak berkumpul di wilayah Kota Lalesh dan Sinjar di Irak. Wilayah utara Mosul ini mereka huni sejak ratusan tahun lalu, tidak heran banyak terdapat situs-situs suci dan desa-desa leluhur di sini. Penganut Yazidi dari seluruh dunia kerap ziarah ke kota ini.

Kota ini terletak hanya terpaut 40 mil dari garis depan wilayah yang dikuasai militan Negara Islam – nama baru ISIS. Akhirnya, ribuan warga Yazidi terpaksa harus mengungsi cari aman ke gunung Sinjar, wilayah yang kering tanpa air dan hasil bumi. Akibat eksodus ini, banyak warga Yazidi tewas.

Bukan kali ini saja etnis berbahasa Kurdi ini jadi sasaran kekerasan. Menurut Mathew Barber, ahli sejarah Yazidi dari Universitas Chicago, dikutip dari National Geographic, kaum ini telah 72 kali menjadi sasaran genosida atau percobaan pemusnahan etnis.

Hal ini terjadi karena Yazidi dituduh memiliki kepercayaan menyembah setan. Agama Yazidi sekilas seperti perpaduan antara Islam, Kristen dan Zoroaster. Yazidi beriman kepada Tawusi Melek, malaikat yang menentang Tuhan, yang dipercaya adalah perantara antara manusia dan Sang Pencipta.

Dalam bahasa lain Tawusi Melek berarti “setan”, itulah mengapa umat agama lain menganggap Yazidi adalah penyembah setan. Fatwa-fatwa lantas bermunculan untuk memerangi mereka.

“Mereka dituduh seperti ini sejak abad ke-16 dan 17. Tapi ini bukanlah penyembahan pada setan yang kita kira. Orang Yazidi sendiri tidak menganggap Tawusi Melek sebagai tokoh jahat yang harus dipuja,” kata Christine Allison, Professor Studi Kurdi dari Universitas Exeter, Inggris, dikutip dari CBS.

Pada Kekhalifahan Ottoman di abad ke-18, kaum Yazidi jadi korban kekerasan karena menolak masuk dalam militer. Menurut Allison, ribuan penganut Yazidi terbunuh saat itu, kuil-kuil mereka dihancurkan dan pangeran mereka didesak pindah agama.

Pada pemerintahan Saddam Hussein, masyarakat Yazidi aktif dalam pergerakan nasionalis Kurdi. Saat kebijakan Arabisasi Saddam Hussein dicanangkan, Yazidi menjadi korban.

Akibat tuduhan-tuduhan dan kekerasan tersebut, masyarakat Yazidi tumbuh menjadi etnis yang tertutup terhadap kebudayaan luar. Mereka tinggal di wilayah terpencil dan terisolasi, bahkan jarang berkomunikasi dengan masyarakat Kurdi lainnya. Mereka juga tidak menerima orang Yazidi yang pindah ke agama lain.

Farah Pandith, mantan perwakilan khusus komunitas Muslim AS pada masa Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, mengatakan bahwa sekarang Yazidi jadi incaran ISIS. Bukan tidak mungkin di masa mendatang, kelompok lainnya juga akan jadi korban kebengisan pasukan pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu.

“Sekarang, Yazidi yang jadi korban. Besok bisa siapa saja. Ini soal memberantas apapun dan siapapun yang tidak sepaham dengan ideologi mereka,” kata Pandith.

Source: Vivanews.com

About paulpayong

Let's Get To Learn History

Posted on August 12, 2014, in KNOWLEDGE. Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.